Halaman

Senin, 13 September 2010

13 Tips Menjaga Persahabatan Yang Langgeng Melalui Pesan Singkat (SMS)

Short message service yang lebih dikenal dengan SMS, sudah akrab di telinga kita. Dari anak SD sampai dengan manula, sudah biasa ber-SMS. Tapi tahukah Anda bahwa dengan sedikit biaya pulsa, maka SMS dapat menjadi alat untuk menjaga persahabatan kita agar menjadi lebih hangat, erat dan langgeng. Tergelitik dengan hal itu, maka nekatlah saya melakukan eksperimen kecil untuk sedikit membuktikannya. Sungguh menginspirasi…


Eksperimen kecil – atau lebih tepatnya survey kalau tak bisa dibilang riset – karena tak dibutuhkan metodologi yang rumit dalam melakukan percobaan ini. Saya sebut begitu karena awalnya memang coba – coba, atau trial and error. Berhasil syukur, kalau tidak berhasil juga nothing to lose, nggak ada ruginya. Dan ternyata hasilnya luar biasa guys!


Pengiriman SMS ini saya lakukan kurang lebih selama sebulan, setiap beberapa hari sekali dalam beberapa minggu sebelum Lebaran. Tidak membutuhkan biaya yang mahal, apalagi teknologi yang canggih. Hanya dibutuhkan keikhlasan hati untuk biaya pulsa. Dan juga sedikit kreatifitas dalam membuat SMS yang akan dikirimkan pada ‘korban’ yang menjadi subyek eksperimen.


Tujuan utama dari eksperimen ini bukan sekedar iseng. Tapi membuktikan kebenaran dari pameo bahwa “Persahabatan akan hilang apabila kita jarang atau terlalu sering menelpon” dalam hal ini SMS. Dan untuk membuktikan pameo itu, maka dimulailah ‘petualangan SMS’ kita kali ini.


Ah, panjang banget intronya ya… kita langsung aja to the point deh kalau begitu! Dari beberapa SMS, entah itu humor, motivasi, kutipan buku dan sebagainya yang saya kirimkan secara massal pada sekitar seratus orang teman, rekan kerja, sahabat lama dan saudara selama beberapa kali, maka dapat saya rangkum menjadi tiga belas Tips singkat yang semoga menjadi inspirasi bagi Anda untuk melanggengkan persahabatan ‘hanya’ melalui pesan singkat atau SMS.


Tiga belas Tips itu diantaranya adalah:


  1. Cek dahulu pulsa Anda, pastikan apakah pulsa Anda cukup untuk biaya SMS (nggak mungkin aja kirim SMS tapi nggak punya pulsa khan?).
  2. Kirimlah SMS menggunakan nomor telepon yang sudah dikenal oleh sahabat anda, karenanya jangan sering berganti nomor hanya karena tergiur iklan provider. Apalagi kirim SMS pakai handphone orang lain, kelihatannya koq pelit banget ya… Kalaupun harus mengirimkan SMS dari nomor baru, jangan lupa perkenalkan diri Anda terlebih dahulu, kecuali kalau niat Anda memang untuk selingkuh (kalau tidak, wah… alih – alih mempererat persahabatan, malah bisa dikira SMS dari orang iseng lho).
  3. Pastikan penerima SMS masih menggunakan nomor telepon yang sama, sebelum Anda mengirimkan pesan ke nomor tersebut (mubazir aja kalau kirim SMS dan udah kepotong pulsa tapi pesan nggak terkirim coy…).
  4. Isi SMS harus bermutu, itu wajib! Pesan yang Anda kirimkan merupakan cerminan dari kepribadian Anda. Tunjukkan kualitas Anda semaksimal mungkin dalam SMS yang seminimal mungkin (ingat guys… pesan SMS tidak bisa ditarik kembali, jadi lebih baik berpikirlah lebih keras untuk membuat pesan yang bermutu tinggi sebelum mengirimkan SMS pada sahabat Anda).
  5. SMS harus singkat, padat, jelas dan tidak bertele – tele. Supaya penerima pesan tidak bosan dan langsung menghapus SMS Anda karena terlalu pusing membacanya (lagi pula biaya SMS juga mahal bila terlalu panjang).
  6. Gunakan bahasa sehari – hari, yang biasanya jadi ciri khas Anda jika mengirim SMS, asal bukan bahasa alay yang nggak jelas hurufnya. Agar ciri khas SMS Anda dapat diingat oleh sahabat Anda saat menerima pesan Anda (harapannya sih… hanya dengan membaca gaya SMS, maka pembaca langsung tahu bahwa Anda lah pengirim pesan itu).
  7. Jangan mengirimkan pesan yang berisikan SARAK atau suku, agama, ras dan antar kampung! (merendahkan SARAK sahabat yang lain, menunjukkan kualitas Anda sebagai pribadi yang layak dan sepantasnya untuk diabaikan selamanya).
  8. Carilah humor, motivasi atau kutipan buku yang bermutu yang bisa disharing pada sahabat Anda. Jangan SMS porno! (sekalipun ada keinginan untuk berbagi kelucuan buat sahabat Anda, pastikan jika ingin membagi SMS yang satu ini tidak berujung di pengadilan guys…).
  9. Setiap orang punya minat dan kecenderungan berbeda dalam menerima pesan. Kategorikan siapa saja penerima pesan yang sesuai dengan SMS yang akan Anda kirimkan. Tidak semua orang memiliki reaksi yang sama ketika membaca pesan dari Anda (karena tiap orang berbeda, pastikan orang yang akan menerima pesan tersebut mengetahui maksud dari SMS Anda… orang berpendidikan SD tak mungkin baca SMS berbahasa latin guys…).
  10. Jangan mengulangi SMS humor atau motivasi serupa pada orang yang sama. Selain percuma, juga bikin malu. Karena disamping membuat kita terlihat tidak kreatif, sahabat kita akan mengira bahwa tak ada personal touch pada setiap SMS yang Anda kirimkan pada mereka (personal touch itu perlu, agar setiap pribadi dari sahabat kita merasa disentuh dan diperhatikan, ini psikologis boo…).
  11. Tujuan dari mengirim SMS adalah untuk merekatkan kembali persahabatan Anda yang telah lama terabaikan. Ingatkan kembali mereka dengan kenangan indah yang dulu pernah Anda jalani bersama. Ini penting buat Anda yang masih single, buat Anda yang sudah punya pasangan… awas! Jangan CLBK… alias cinta lama belum kelar (jangan kenangan pahit yang Anda ingatkan pada sahabat itu, karena bisa – bisa Anda malah kehilangan persahabatan yang ingin Anda jalin kembali. Dan jangan mengirim SMS untuk CLBK pada pacar lama jika Anda sudah punya pasangan… bisa berabe deh?!).
  12. Orang selalu berubah. Mungkin sahabat Anda sudah berbeda jauh dari yang Anda kenal sebelumnya. Mungkin berbeda budaya, pengalaman ataupun pandangan hidup. Mulailah berkirim SMS dengan tema yang netral dan tidak monoton sambil menunggu balasan dari sahabat Anda, siapa tahu dia sudah berganti agama atau bahkan berganti jenis kelamin! (tak terpikirkan dengan tips yang satu ini khan… survey membuktikan guys..?!)
  13. Jangan sakit hati bila ternyata SMS Anda tidak dibalas oleh teman, sahabat atau saudara yang Anda kirimi. Positive thinking saja, mungkin nomor Anda sudah terhapus di handphone sahabat Anda sehingga mereka tak mengenali nomor Anda lagi. Atau mungkin sedang tidak ada pulsa untuk membalasnya, atau mereka sudah cukup terhibur dengan SMS Anda sehingga lupa untuk memberikan apresiasi (kalau negative thinkingnya sih, mungkin mereka sudah lupa pada Anda, mungkin mereka malas membalasnya atau malah terganggu dengan SMS yang sering Anda kirim. Ini berarti saatnya bagi Anda untuk berhenti berkirim SMS untuknya sementara waktu…).

Masih banyak tips lain yang bisa Anda tambahkan sendiri dalam daftar diatas. Namun dari eksperimen atau survey ini membuktikan pameo tersebut, bahwa “persahabatan bisa hilang kalau kita jarang atau terlalu sering menelpon atau berkirim SMS”.

Karenanya, dari sekian banyak sahabat yang Anda miliki sekarang mungkin ada yang jarang sekali Anda ‘sentuh’? Atau bahkan terlalu sering bertemu dengan Anda. Silahkan mencoba beberapa tips diatas, dan resiko ditanggung penumpang... heheheh. Namun siapa tahu, persahabatan Anda akan terjalin lebih erat kembali. Intinya, jaga tempo hubungan persahabatan Anda agar tidak terlalu berjarak dengan kesibukan hidup Anda.

(Terima kasih tak terhingga untuk para sahabat, rekan kerja & saudara saya yang rela menjadi ‘korban’ usil SMS saya. Semoga persahabatan kita langgeng abadi selamanya)

Minggu, 15 Agustus 2010

PAHLAWAN TAN PA NA MA

Sobat,

Aku tak kenal mu

Aku tak tahu mu

pun aku tak rindu mu

pun kau ada atau tak


Yang kutahu,

aku ada

menulis membaca tak lagi sia

menyanyi berdendang

takut tak lagi ada

dengan juangmu yang melulu

terus tak tergerus….


Merdeka tak mungkin tanpamu

dari rasa miliki bangsa

yang teramat banyak memberi,

tanpa pamrih

tanpa harap ‘tuk terganti.

Tulus, jujur, ikhlas, tanpa ragu.

Memberi segala dalam juangmu menuju cita….

Merdeka!


Sobat,

kau Tan Pa Na Ma mu

tetaplah juangmu merindu

selalu

kukuh

tak teruntuh

walau pilu

melihat negerimu


Kau sobatku,

Tan Pa Na Ma mu…

pahlawan tak kukenal mu

salam dari bangsamu

Merdeka!

Masihkah? Walau tanpamu…


(Selamat Hari Merdeka (?) ke 65 buat bangsaku tercinta, Hiduplah Indonesia Raya!)



Senin, 09 Agustus 2010

Lini and Her Opened Book

Bukunya gak asyik?!

Itulah kata pertamaku saat ditanya Lini tentang bukunya waktu kami ber-YM. Karena aku terpaksa harus ‘berebut’ dengan istriku yang ingin lebih dulu membacanya. Tahu begitu khan aku ambil dua, satu untuk istriku dan satu untukku…


Sungguh menginspirasi, itu kesan pertama.

Kesan kedua, seperti bercermin. Ternyata aku tak sendirian, ada juga yang senasib denganku. Tidak persis, tapi mirip. Itu pula yang mungkin membuatku cukup membutuhkan dua hari untuk membaca buku ini hingga selesai dan berulang-ulang, setelah menunggu sekian bulan dari ‘antrian’ sekian banyak bacaan istriku. Padahal reading speednya lebih cepat aku, tapi terpaksa harus mengalah karena istriku memaksa untuk membacanya lebih dulu.


Judul bukunya menghipnotis, membuat orang penasaran untuk langsung membacanya hingga akhir. Namun untuk membacanya hingga akhir adalah bentuk ‘perjuangan’ tersendiri bagi pembacanya, karena dibutuhkan tidak hanya hati yang rendah dan tulus. Namun juga sikap hati yang berani untuk tidak menghakimi. Ya, butuh keistimewaan hati pembacanya untuk membaca ‘buku yang terbuka’ ini.


Orang biasa pasti sudah terjerumus dalam sikap untuk menghakimi, sikap yang wajar jika melihat keterbukaan Lini ‘melampiaskan’ masa lalu dan harapannya dalam buku ini. Menuliskan kembali kisah hidupnya dengan ‘kaca spion’ dan tidak menoleh ke belakang, adalah ungkapan Lini yang sangat pas untuk kita belajar juga menerima masa lalu kita apa adanya tanpa kembali stagnan pada masa itu. Namun keterbukaannya dalam “Open Book” ini sungguh mencengangkan?! Koq ada ya orang yang cukup ‘gila’ untuk meng-open dirinya sedemikian open?! Luar biasa emang.


Hidup adalah sebuah buku

Lembar pertama dibuka dengan kelahiran

Lembar berikutnya diisi oleh orang tua

Lembar selanjutnya diisi oleh kita sendiri

Lembar terakhir ditutup dengan kematian


Biarkan hidupmu seperti buku yang terbuka

Seperti kisah pengantar tidur

Agar mudah dibaca orang

Agar orang dapat belajar

Dan menjadi inspirasi

Untuk memperbaiki hidupnya kelak


(diambil dari buku “My Life is an Open Book” karangan G. Lini Hanafiah)



Yang lebih menarik lagi, tak ada satu namapun dalam buku ini. Semuanya tersimbol dari sebutan Si Ayah, Si Sulung, Si Bungsu dan sebagainya. Bagiku sungguh menarik, tak ada di novel lainnya. Atau mungkin aku saja yang kuper karena tak banyak novel murahan yang kubaca. Karena ini bukan novel murahan, makanya kuluangkan waktuku untuk menikmatinya.


Membaca ‘My Life is an Open Book’ tak bisa dilepaskan dari sosok Lini (dia tak suka dipanggil mbak, atau ibu di depan namanya). Sosok yang kukenal hanya dari fesbuk, namun mampu memberikan inspirasi yang luar biasa dengan segala tulisannya. E-book ‘Yuk Nulis’ menjadi perkenalanku pertama kali. Langsung terpesona. Gila! Batinku. Ternyata nulis emang mudah (kelihatannya… ). Menjadikanku kembali bersemangat untuk melanjutkan hobby masa kecilku, menulis. Tapi saat kucoba untuk menulis lagi…. Hancuuuurrrr….. tak semudah yang Lini bilang.


Lini, salah satu teman bermutu yang kudapatkan dari fesbuk atau dunia maya. Praktis, prasangkaku akan jejaring sosial sedikit meleset karenanya. Karena sebelumnya kuanggap bahwa dunia maya hanya sekedar hiburan, tanpa ada hal-hal serius yang perlu terlibat didalamnya. Dari Lini aku belajar mengerti, bahwa segala sesuatu yang ringan akan menjadi bermakna bagi orang lain jika hal itu dikemas dengan serius tapi santai. Sungguh menginspirasi. Apalagi saat kumintai tolong untuk mencari tahu pengobatan medis ataupun alternative untuk salah satu sahabatku, Lini langsung menawarkan untuk memberi support buat sahabatku dengan mengirimkan bukunya. Sungguh luar biasa emang pengaruhnya. Hingga sahabatku ‘berpulang ke rumah Bapa’ pun, dia masih tersemangati juga oleh Lini untuk ikutan menuliskan kisah hidupnya. Namun sayang, Tuhan berencana lain, keinginan sahabatku untuk menuliskan kisah hidupnya hanya sampai dalam angan-angan karena tubuhnya tak sanggup berlomba dengan penyakitnya.


Buku yang menginspirasi dengan penulis yang menginspirasi. Luar biasa!



Sabtu, 31 Juli 2010

Amin sudah amin... (selamat jalan sahabat)


Superman, foto profil yang sangat disukainya di fesbuk. Makanya banyak teman menjuluki dia Supermin, atau Amin si manusia super. Menggambar hobbynya, bercanda kebiasaannya. Setahun pertemuan kami kembali, setelah hampir 15 tahun tak bertemu. Fesbuk mempertemukan kami lagi. Namun komplikasi penyakit gagal ginjal, hati, paru & jantung yang dideritanya, tak menyurutkan Amin untuk tetap bercanda menertawakan sakitnya. Sakit yang tak sanggup ditolaknya, namun tak sanggup mencegahnya untuk tetap online.


Beginilah status updatenya di fesbuk & pesan sms di hari-hari terakhirnya:


July 20 at 10.09 pm Sebelu aku lupa maka…….Aku mengucapkan terima kasih pada teman2 semua, tanpa kalian mungkin aku tdk bisa bertahan hingga saat ini.

Dia sampai lupa nulis huruf ‘m’. Sempat kubercanda, kenapa koq terima kasih bukannya minta maaf? Belum sempat dijawabnya maka kusampaikan padanya bahwa sudah kumaafkan segala kesalahannya, dan diapun tertawa terbahak-bahak sambil tetap bilang terima kasih ya…

20.07.2010 2.56 pm Ndra, ini ada tmn g d bidang IT. Apa d tmpbu ada lowaongan IT?

Kujawab “gak ada”…

20.07.2010 3.03 pm Yg tersedia apa?

Kujawab “gak ada lowongan”…

20.07.2010 3.04 pm Ok thnx

Masih sempat dia peduli orang lain menanyakan lowongan kerja untuk temannya, sedangkan buat mengurus dirinya sendiri aja sudah kuwalahan.


July at 8.16 pm Aku takut penantian yg lama ini berakhir tanpa penyelesaian…

21.07.2010 9.23 pm Dari beberapa hari yg lalu timbul keinginan untk menerima sakramen perminyakan dengan romo Hudi. Diawal dan akhir dgn romo yg sama.

Amin sudah merasa hari akhirnya sudah tak lama lagi, karena harapan untuk dapat cuci darah gratis di RSUD dr. Soetomo Surabaya dan Bethany Care sepertinya harus berlomba dengan kesanggupannya menahan sakit. Amin sudah merasa harinya sudah tiba, dia minta supaya dapat diberikan Sakramen Perminyakan oleh Romo Hudiono yang juga membaptisnya dulu. Awal dan akhirnya dengan Pastor yang sama. Malam itupun langsung kutelepon Romo Hudi untuk meminta waktunya memberi sakramen pada Amin, dan disanggupi Romo Hudi beberapa hari kemudian karena waktu itu beliau masih berada di luar kota.


July 22 at 4.24 am Pagi ini kondisiku semakin parah…semakin lemah

22.07.2010 03.01 am Enaknya c pas d rs jd gak ngerepotin saudara. Krn g bingung kondisiku terus menurun dan berat bdn juga tambah turun, terakhir Cuma 55kg mungkin jumat ini bisa turun lg deh. Tiap mlm gak bisa tdr dan pagi2 pasti muntah. Parah nih ndra.

Meskipun sudah dalam kondisi lemah, Amin masih tidak mau merepotkan saudaranya untuk bisa menerima Sakramen Perminyakan. Kuhubungi Amin, memberitahukan kepastian jadwal untuk menerima Sakramen.


Siang hari, aku masih sempat menelpon untuk sekedar menanyakan kabarnya. Dia bersama dengan Alvon, di kamar kost-nya daerah Nginden. Delapan belas menit lebih kubercanda sejenak, berharap bisa sekedar meringankan rasa sakitnya. Kuberikan humor-humor segar tentang Surga dan Neraka. Untuk sedikit mengingatkan bahwa Surga dan Neraka hanya sekedar candaan saja, dan berharap diapun siap untuk menghadapinya kelak. Kami tertawa, namun hati ini lagi-lagi masih berharap tawa ini bisa kudengar lebih sering. Namun ternyata, ini terakhir kali kudengar suaranya!


July 24 at 9.12 am Akhirnya bisa OL lg ni krn kemari kagak bisa OL sama sekali…mari kita ambil nafas lega…….

Biasanya sih kalo ada update seperti ini, dia barusan bayar tagihan handphone… heheheh

24.07.2010 03.03 am Kyknya usaha dan penantian untuk bisa cuci darah gratis d Bethany care itu sia2 belaka. Saat ini aku benar2 bingung hrs usaha k mana lg, k rsud soetomo juga gak bisa dan aku sdh gak punya dana lg untk cuci darah. Semua jln terasa buntu.

Speechless…


July 24 at 3.05 pm Buru2 k UGD…eh dompet ketinggalan, puter lg deh…cepek deh

Masih sempat ku olok-olok dia “mau nganter dompet se-isinya” saat ada teman komen “lho ngapain kamu ke UGD?”…

Hariyanto yang tinggal di Jakarta langsung menyebarkan pesan singkat ke seluruh anggota Alumni Sang Timur, supaya bisa langsung menghubungi Amin melalui handphone untuk mengetahui kabarnya di Surabaya, karena status update nya yang harus masuk ke UGD. Lalu kucoba hubungi Hariyanto, Alvon atau siapapun yang sekiranya ada waktu untuk menemani Amin di UGD, tapi…


July 24 at 10.20 pm Gila…udah jam segini msh terdampar d UGD blm d bw k ruangan

24.07.2010 8.25 pm Masgh d UGD. Tensinya terlalu tinggi

24.07.2010 8.31 pm Soetomo

24.07.2010 8.34 pm Pelayanannya parah

24.07.2010 8.37 pm Blm boleh krn tensinya sangat tinggi

24.07.2010 8.47 pm Dari td bwaan emosi meluluk. Tensi 250/150

Ini komunikasi kami yang terakhir!

Kucoba terus untuk menenangkannya. Kuajak Amin untuk meditasi, berserah dan pasrah pada Tuhan, dia tak membalas lagi smsku.


Banyak sahabat yang bertanya kenapa di RSUD dr. Soetomo, jawabannya adalah: karena Gratis! Amin sudah tak sanggup lagi membiayai pengobatan dan perawatannya untuk cuci darah. Semua hartanya sudah terkuras, hingga rumahnya di Pasuruan pun juga ikut tergadaikan pada saudaranya untuk membiayai pengobatannya selama ini.


July 25 at 6.21 am Pengalaman rawat inap d RSUD sangat tdk manusiawi…tdk dpt mkn, ranjang tanpa bantal/guling, tanpa selimut n banyak nyamuk…mlm2 kucing berkeliaran d dlm ruangan…ckckck

Inilah status update Amin untuk terakhir kali!

Seorang sahabatnya sempat menanyakan kabarnya saat di UGD dan dijawabnya dengan santai bahwa kondisinya masih aman & ditemani oleh Mamanya. Tapi dari keluhannya sudah bikin merinding, hanya ditemani oleh Mamanya yang sudah tua pula.


Amin Lumenta, begitulah namanya yang selama ini kami kenal. Sempat kebingungan juga waktu ditanya tentang nama baptisnya… gak ada yang pernah tahu. Tapi di akhir hayatnya, barulah kami tahu kalau nama baptisnya adalah Emmanuel, ya Emmanuel Amin Lumenta lengkapnya. Lahir di Pasuruan, 10 Januari 1977. Lulusan Tekhnik Mesin Universitas Atmajaya Jakarta.


Dia tidak pernah menyerah, berusaha sekuat tenaga untuk menjalani Haemodialysis/ cuci darah setiap 3 hari sekali. Dengan sepeda motornya, Amin berangkat sendiri untuk cuci darah, baik itu waktu di Jakarta, di Malang maupun terakhir di Surabaya. Sesekali pernah para sahabatnya bergantian mengantarnya untuk cuci darah, bila keadaannya memang tidak memungkinkan untuk berangkat sendiri.


Dari Jakarta, susah sekali membujuknya untuk pulang kembali dan melanjutkan perawatan di kampung halaman. Bahkan sampai kami para sahabatnya perlu membujuk dan memberikan harapan, hingga mengurus segala tetek-bengek kepindahannya maka Amin pun mau melanjutkan perawatannya di Malang. Bersyukur bahwa berkat uluran kasih seluruh sahabat yang ada di Jakarta, Surabaya & Malang, maka Amin bisa kembali ke kampung halaman dan melanjutkan pengobatannya di Malang tanpa kendala apapun. Sungguh para sahabat yang super!


Di bulan – bulan dan hari – hari terakhirnya, Amin harus berjuang sendiri. Hidup dengan keterbatasan biaya dan kasih sayang dari saudaranya. Anak tunggal yang mandiri, yang jarang mengeluh. Bahkan dia harus hidup kost di tempat lain yang jauh dari perhatian orang tua & saudara, walaupun kondisi tubuhnya mewajibkan dia untuk hanya berbaring saja di tempat tidur. Dia tetap berjuang, untuk hidup lebih lama.


Salah satu perasaan enggan Amin yakni merasa bahwa dirinya telah kalah perang. Perasaan itulah yang terus ada dalam pikirannya dan mengganjalnya untuk dengan gagah berani pulang ke kampung halaman. Pun penyesalannya, di akhir hidupnya dia merasa masih belum bisa membahagiakan Mama yang selama ini dikasihinya. Dia tetap mencoba menunjukkan kekuatannya jika Mamanya melihat dia kesakitan. Juga pada semua sahabatnya, Amin tak ingin dikasihani karena penyakitnya.


Sekarang kau sudah amin, sudah tuntas tugasmu bersama kami. Sosok humoris yang tegar menghadapi cobaan hingga akhir hayatnya, kini sudah tinggal kenangan. Kini kami tak bisa lagi lihat status updatemu di fesbuk. Tak bisa lagi kita online chatting di YM. Tak ada lagi yang menelponku di tengah malam buta, hanya untuk sekedar bilang ‘iseng doang’. Tak ada lagi sms humor yang akan kuterima darimu. Tak ada lagi yang menemaniku untuk makan soto dan sup asparagus kegemaran kita.


Maafkan kami Supermin, bila kurang memperhatikanmu menjelang hari terakhirmu. Maafkan kami yang hanya bisa meminta maaf darimu, tanpa sanggup memberimu lebih dari yang kami mampu. Maafkan juga bila keinginanmu untuk nonton bareng ‘The Last Air Bender’ di bioskop takkan pernah bisa kami penuhi lagi. Pun juga sakramen yang ingin sekali kau terima di penutup usiamu. Kuyakinkan hati bahwa TUHAN punya cara yang misterius untuk menerimamu di SurgaNYA yang Kudus.


Selamat jalan Amin, kini kami hanya bisa mengenang dan mendoakanmu. Kau akan selalu hadir dalam hati kami, dalam doa kami. Berbahagialah sahabatku, semoga kau tenang bersamaNYA.


Amin.


(Sebagai kenangan, bahwa para sahabat telah dipercaya olehNYA untuk memberikan yang terbaik bagi Emmanuel Amin Lumenta, hingga Minggu 25 Juli 2010 17.15 wib TUHAN menjemputnya. Terima kasih atas pendampingan, sumbangsih dana, doa dan penghiburan selama Amin sakit hingga ‘keberangkatannya’. Kalian adalah para sahabat yang Super! God Bless You full guys…)



Kamis, 29 Juli 2010

Sabda Bahagia Iblis

Inilah Sabda Bahagia Iblis

  1. Berbahagialah orang yang terlalu capek, sibuk sehingga tidak punya waktu untuk bersekutu satu jam saja dengan TUHAN. Mereka adalah rekan kerjaku yang paling hebat.
  2. Berbahagialah orang yang menunggu ditegur dan mengharapkan pujian. Aku bisa memperalat mereka.
  3. Berbahagialah mereka yang terlalu sensitif. Dengan sedikit sentilan saja, mereka pasti tidak mau lagi bekerja dengan semangat. Mereka ini adalah "fans-ku".
  4. Berbahagialah mereka pembuat masalah. Mereka akan disebut anak-anakku. Berbahagialah orang tukang mengeluh. Aku senang mendengarkan mereka.
  5. Berbahagialah mereka yang sudah bosan dengan gaya dan kekeliruan bossnya, karena mereka tidak mendapat apa-apa dari pekerjaannya.
  6. Berbahagialah setiap karyawan yang berharap dibujuk-bujuk untuk disiplin kerja. Orang seperti ini hanya menambah masalah baru.
  7. Berbahagialah mereka yang suka gosip, karena mereka akan menimbulkan pertengkaran dan perpecahan. Ini sungguh menyenangkan saya.
  8. Berbahagialah mereka yang gampang tersinggung, karena mereka akan cepat marah dan pindah pekerjaan lain.
  9. Berbahagialah mereka yang egois dan mementingkan diri sendiri, mereka penolong saya.
  10. Berbahagialah orang yang mengaku mengasihi Tuhan tetapi membenci saudaranya karena mereka akan bersama saya selamanya.
  11. Berbahagialah kamu yang membaca tulisan ini dan merasa ini cocok untuk orang lain dan bukan diri sendiri. Kamu sudah dalam tangan saya.
Diambil dari buku "Humor Kristiani" karangan Bruder Petrus Suparyanto, FIC.

Senin, 19 Juli 2010

11 Tahun sudah...

Saat aku mengenangmu, bahkan saat terlintas nama Ibu dalam keseharianku…

Pingin sekali kubuatkan Ibu puisi yang paling bagus untuk mengenang sekian tahun kepergian Ibu, tapi aku tahu Ibu tak mungkin suka baca puisi cengeng. Karena ibu lebih suka baca koran.

Pingin sekali kubuatkan Ibu lagu yang indah, yang mungkin akan dinyanyikan oleh dan dikenang banyak orang saat teringat sosok seorang ibu, tapi khan ibu tahu… kalo aku nggak bisa ngarang lagu.

Pingin sekali membuatkan Ibu catatan yang indah dan menarik untuk dibaca oleh sedikit temanku di fesbuk, dengan harapan mendapatkan sedikit perhatian dan pujian dari mereka, bahkan mungkin sejumput doa untuk menghantar Ibu tenang disisiNya, tapi khan Ibu tahu kalo aku dari dulu cuma pingin jadi penulis tapi bukan penulis yang bagus. Lagian Ibu toh tahu… aku bukan orang yang pingin diperhatikan atau dipuji orang lain.

Bahkan terpikirkan olehku, pingin sekali bikinkan cerita pendek buat Ibu. Yang di akhir bukunya tertulis kalimat… “buku ini didedikasikan untuk Alm. Ibu Tercinta…” huh… boro-boro bikin cerpen, bikin PR bahasa Indonesia buat menulis latin aja harus si mbak yang ‘mruput’ nyelesaiin waktu subuh.
Cling… pagi PR ku sudah selesai, dan Ibu bilang ‘ada sinterklas yang masih sayang bantuin kamu nggarap PR, lain kali kerjain sendiri ya…’ hehehe.... Si mbak.

Pingin sekali aku ajak Ibu nonton bioskop, untuk sekedar menghilangkan rasa penat setelah Ibu bekerja memeras asa demi masa depan kami. Tapi lagi, pasti Ibu tak suka film action kesukaanku, karena Ibu lebih suka nonton film dono.

Seandainya pula, pingin sekali kuajak Ibu makan di restoran mewah dekat rumah kita, sekedar untuk ‘mencicipi’ rasa sebagai orang kaya yang bisa makan di restoran itu. Tapi lagi-lagi aku yakin, Ibu akan melarangku karena Ibu pasti berjanji akan memasakkan buat kami masakan yang lebih enak dari masakan di restoran itu, yang padahal alasan sebenarnya adalah berhemat untuk uang sekolahku.

Pingin sekali mengenangmu dengan meratapi hari-hari tanpa Ibu disampingku, dan berandai andai Ibu masih ada di antara kami. Tapi seandainya bisapun pasti Ibu takkan percaya itu, karena saat Ibu adapun bahkan nasehat Ibu jarang sekali kudengarkan sebagai pusaka bagiku. Penyesalan yang tak terbayarkan.

Ibu… tak terasa sudah 11 tahun engkau meninggalkan kami anak – anakmu.

Maaf, jika sudah beberapa waktu bahkan tak pernah kusebut nama Ibu dalam doaku. Bahkan maaf pula bila sudah jarang sekali aku berdoa seperti yang Ibu ajarkan dulu pada kami. Doa tobat di malam hari sebelum kami tidur terlelap dalam waktu melupakan pahit getirnya kehidupan di masa itu…

Ibu… pasti engkau tahu apa yang aku alami selama ini tanpamu. Aku berharap yang terbaik, namun bersiap yang terburuk layaknya kepergianmu dulu. Kaget nggak karuan, kenapa harus Ibu yang dipanggil lebih dulu… bukannya ibu tetangga aja yang lebih tua dan sakit-sakitan. Kenapa bukan ibunya, tapi Ibu ku.

Bahkan sempat kujauhi altarNYA yang telah Ibu dekatkan dengan sepenuh hati, keringat dan air mata, karena penolakanku padaNYA yang telah memanggil Ibu lebih cepat dari keinginanku.

Namun aku keliru…
Bukan tangisan dan kecengengan yang selayaknya kuberikan pada Ibu saat itu, saat ini dan nanti. Melainkan tepuk tangan yang meriah, kegembiraan dan kebahagiaan luar biasa yang patut kupersembahkan buat Ibu… karena tahu bahwa Dia telah menempatkan Ibu di dalam KemahNYA. Karena perjuangan Ibu takkan pernah sia-sia adanya.

Maafkan aku Ibu…
Karena telah lupa bahwa Ibu sudah berbahagia di Surga. Biarlah keinginanku untuk Ibu kan kusimpan selamanya, biarlah puisi, cerpen atau lagu itu tetap jadi harapanku kelak… jika kita bersama lagi. Doaku menyertai kebahagiaan Ibu disana.

Kunjuk Ing Asma Dalem Hyang Romo, Hyang Putro soho Hyang Roh Suci.
Punten dalem sewu Ibu, ingkang putra nyuwun pangestu. Amin.

(Kenangan 11 Tahun berpulangnya Ibu terkasih, 30 Oktober 2009)