Halaman

Senin, 19 Juli 2010

11 Tahun sudah...

Saat aku mengenangmu, bahkan saat terlintas nama Ibu dalam keseharianku…

Pingin sekali kubuatkan Ibu puisi yang paling bagus untuk mengenang sekian tahun kepergian Ibu, tapi aku tahu Ibu tak mungkin suka baca puisi cengeng. Karena ibu lebih suka baca koran.

Pingin sekali kubuatkan Ibu lagu yang indah, yang mungkin akan dinyanyikan oleh dan dikenang banyak orang saat teringat sosok seorang ibu, tapi khan ibu tahu… kalo aku nggak bisa ngarang lagu.

Pingin sekali membuatkan Ibu catatan yang indah dan menarik untuk dibaca oleh sedikit temanku di fesbuk, dengan harapan mendapatkan sedikit perhatian dan pujian dari mereka, bahkan mungkin sejumput doa untuk menghantar Ibu tenang disisiNya, tapi khan Ibu tahu kalo aku dari dulu cuma pingin jadi penulis tapi bukan penulis yang bagus. Lagian Ibu toh tahu… aku bukan orang yang pingin diperhatikan atau dipuji orang lain.

Bahkan terpikirkan olehku, pingin sekali bikinkan cerita pendek buat Ibu. Yang di akhir bukunya tertulis kalimat… “buku ini didedikasikan untuk Alm. Ibu Tercinta…” huh… boro-boro bikin cerpen, bikin PR bahasa Indonesia buat menulis latin aja harus si mbak yang ‘mruput’ nyelesaiin waktu subuh.
Cling… pagi PR ku sudah selesai, dan Ibu bilang ‘ada sinterklas yang masih sayang bantuin kamu nggarap PR, lain kali kerjain sendiri ya…’ hehehe.... Si mbak.

Pingin sekali aku ajak Ibu nonton bioskop, untuk sekedar menghilangkan rasa penat setelah Ibu bekerja memeras asa demi masa depan kami. Tapi lagi, pasti Ibu tak suka film action kesukaanku, karena Ibu lebih suka nonton film dono.

Seandainya pula, pingin sekali kuajak Ibu makan di restoran mewah dekat rumah kita, sekedar untuk ‘mencicipi’ rasa sebagai orang kaya yang bisa makan di restoran itu. Tapi lagi-lagi aku yakin, Ibu akan melarangku karena Ibu pasti berjanji akan memasakkan buat kami masakan yang lebih enak dari masakan di restoran itu, yang padahal alasan sebenarnya adalah berhemat untuk uang sekolahku.

Pingin sekali mengenangmu dengan meratapi hari-hari tanpa Ibu disampingku, dan berandai andai Ibu masih ada di antara kami. Tapi seandainya bisapun pasti Ibu takkan percaya itu, karena saat Ibu adapun bahkan nasehat Ibu jarang sekali kudengarkan sebagai pusaka bagiku. Penyesalan yang tak terbayarkan.

Ibu… tak terasa sudah 11 tahun engkau meninggalkan kami anak – anakmu.

Maaf, jika sudah beberapa waktu bahkan tak pernah kusebut nama Ibu dalam doaku. Bahkan maaf pula bila sudah jarang sekali aku berdoa seperti yang Ibu ajarkan dulu pada kami. Doa tobat di malam hari sebelum kami tidur terlelap dalam waktu melupakan pahit getirnya kehidupan di masa itu…

Ibu… pasti engkau tahu apa yang aku alami selama ini tanpamu. Aku berharap yang terbaik, namun bersiap yang terburuk layaknya kepergianmu dulu. Kaget nggak karuan, kenapa harus Ibu yang dipanggil lebih dulu… bukannya ibu tetangga aja yang lebih tua dan sakit-sakitan. Kenapa bukan ibunya, tapi Ibu ku.

Bahkan sempat kujauhi altarNYA yang telah Ibu dekatkan dengan sepenuh hati, keringat dan air mata, karena penolakanku padaNYA yang telah memanggil Ibu lebih cepat dari keinginanku.

Namun aku keliru…
Bukan tangisan dan kecengengan yang selayaknya kuberikan pada Ibu saat itu, saat ini dan nanti. Melainkan tepuk tangan yang meriah, kegembiraan dan kebahagiaan luar biasa yang patut kupersembahkan buat Ibu… karena tahu bahwa Dia telah menempatkan Ibu di dalam KemahNYA. Karena perjuangan Ibu takkan pernah sia-sia adanya.

Maafkan aku Ibu…
Karena telah lupa bahwa Ibu sudah berbahagia di Surga. Biarlah keinginanku untuk Ibu kan kusimpan selamanya, biarlah puisi, cerpen atau lagu itu tetap jadi harapanku kelak… jika kita bersama lagi. Doaku menyertai kebahagiaan Ibu disana.

Kunjuk Ing Asma Dalem Hyang Romo, Hyang Putro soho Hyang Roh Suci.
Punten dalem sewu Ibu, ingkang putra nyuwun pangestu. Amin.

(Kenangan 11 Tahun berpulangnya Ibu terkasih, 30 Oktober 2009)

2 komentar:

  1. ternyata bakat terpendamnya ruaarr... biasa!
    ayoo... semangat terus nulisnya :)

    BalasHapus
  2. matur nuwun sanget, keberanian akhirnya muncul juga disela kesibukan jeng. andalah inspiratornya :)

    BalasHapus