Superman, foto profil yang sangat disukainya di fesbuk. Makanya banyak teman menjuluki dia Supermin, atau Amin si manusia super. Menggambar hobbynya, bercanda kebiasaannya. Setahun pertemuan kami kembali, setelah hampir 15 tahun tak bertemu. Fesbuk mempertemukan kami lagi. Namun komplikasi penyakit gagal ginjal, hati, paru & jantung yang dideritanya, tak menyurutkan Amin untuk tetap bercanda menertawakan sakitnya. Sakit yang tak sanggup ditolaknya, namun tak sanggup mencegahnya untuk tetap online.
Beginilah status updatenya di fesbuk & pesan sms di hari-hari terakhirnya:
July 20 at 10.09 pm Sebelu aku lupa maka…….Aku mengucapkan terima kasih pada teman2 semua, tanpa kalian mungkin aku tdk bisa bertahan hingga saat ini.
Dia sampai lupa nulis huruf ‘m’. Sempat kubercanda, kenapa koq terima kasih bukannya minta maaf? Belum sempat dijawabnya maka kusampaikan padanya bahwa sudah kumaafkan segala kesalahannya, dan diapun tertawa terbahak-bahak sambil tetap bilang terima kasih ya…
20.07.2010 2.56 pm Ndra, ini ada tmn g d bidang IT. Apa d tmpbu ada lowaongan IT?
Kujawab “gak ada”…
20.07.2010 3.03 pm Yg tersedia apa?
Kujawab “gak ada lowongan”…
20.07.2010 3.04 pm Ok thnx
Masih sempat dia peduli orang lain menanyakan lowongan kerja untuk temannya, sedangkan buat mengurus dirinya sendiri aja sudah kuwalahan.
July at 8.16 pm Aku takut penantian yg lama ini berakhir tanpa penyelesaian…
21.07.2010 9.23 pm Dari beberapa hari yg lalu timbul keinginan untk menerima sakramen perminyakan dengan romo Hudi. Diawal dan akhir dgn romo yg sama.
Amin sudah merasa hari akhirnya sudah tak lama lagi, karena harapan untuk dapat cuci darah gratis di RSUD dr. Soetomo
July 22 at 4.24 am Pagi ini kondisiku semakin parah…semakin lemah
22.07.2010 03.01 am Enaknya c pas d rs jd gak ngerepotin saudara. Krn g bingung kondisiku terus menurun dan berat bdn juga tambah turun, terakhir Cuma 55kg mungkin jumat ini bisa turun lg deh. Tiap mlm gak bisa tdr dan pagi2 pasti muntah. Parah nih ndra.
Meskipun sudah dalam kondisi lemah, Amin masih tidak mau merepotkan saudaranya untuk bisa menerima Sakramen Perminyakan. Kuhubungi Amin, memberitahukan kepastian jadwal untuk menerima Sakramen.
Siang hari, aku masih sempat menelpon untuk sekedar menanyakan kabarnya. Dia bersama dengan Alvon, di kamar kost-nya daerah Nginden. Delapan belas menit lebih kubercanda sejenak, berharap bisa sekedar meringankan rasa sakitnya. Kuberikan humor-humor segar tentang Surga dan Neraka. Untuk sedikit mengingatkan bahwa Surga dan Neraka hanya sekedar candaan saja, dan berharap diapun siap untuk menghadapinya kelak. Kami tertawa, namun hati ini lagi-lagi masih berharap tawa ini bisa kudengar lebih sering. Namun ternyata, ini terakhir kali kudengar suaranya!
July 24 at 9.12 am Akhirnya bisa OL lg ni krn kemari kagak bisa OL sama sekali…mari kita ambil nafas lega…….
Biasanya sih kalo ada update seperti ini, dia barusan bayar tagihan handphone… heheheh
24.07.2010 03.03 am Kyknya usaha dan penantian untuk bisa cuci darah gratis d
Speechless…
July 24 at 3.05 pm Buru2 k UGD…eh dompet ketinggalan, puter lg deh…cepek deh
Masih sempat ku olok-olok dia “mau nganter dompet se-isinya” saat ada teman komen “lho ngapain kamu ke UGD?”…
Hariyanto yang tinggal di Jakarta langsung menyebarkan pesan singkat ke seluruh anggota Alumni Sang Timur, supaya bisa langsung menghubungi Amin melalui handphone untuk mengetahui kabarnya di Surabaya, karena status update nya yang harus masuk ke UGD. Lalu kucoba hubungi Hariyanto, Alvon atau siapapun yang sekiranya ada waktu untuk menemani Amin di UGD, tapi…
July 24 at 10.20 pm Gila…udah jam segini msh terdampar d UGD blm d bw k ruangan
24.07.2010 8.25 pm Masgh d UGD. Tensinya terlalu tinggi
24.07.2010 8.31 pm Soetomo
24.07.2010 8.34 pm Pelayanannya parah
24.07.2010 8.37 pm Blm boleh krn tensinya sangat tinggi
24.07.2010 8.47 pm Dari td bwaan emosi meluluk. Tensi 250/150
Ini komunikasi kami yang terakhir!
Kucoba terus untuk menenangkannya. Kuajak Amin untuk meditasi, berserah dan pasrah pada Tuhan, dia tak membalas lagi smsku.
Banyak sahabat yang bertanya kenapa di RSUD dr. Soetomo, jawabannya adalah: karena Gratis! Amin sudah tak sanggup lagi membiayai pengobatan dan perawatannya untuk cuci darah. Semua hartanya sudah terkuras, hingga rumahnya di Pasuruan pun juga ikut tergadaikan pada saudaranya untuk membiayai pengobatannya selama ini.
July 25 at 6.21 am Pengalaman rawat inap d RSUD sangat tdk manusiawi…tdk dpt mkn, ranjang tanpa bantal/guling, tanpa selimut n banyak nyamuk…mlm2 kucing berkeliaran d dlm ruangan…ckckck
Inilah status update Amin untuk terakhir kali!
Seorang sahabatnya sempat menanyakan kabarnya saat di UGD dan dijawabnya dengan santai bahwa kondisinya masih aman & ditemani oleh Mamanya. Tapi dari keluhannya sudah bikin merinding, hanya ditemani oleh Mamanya yang sudah tua pula.
Amin Lumenta, begitulah namanya yang selama ini kami kenal. Sempat kebingungan juga waktu ditanya tentang nama baptisnya… gak ada yang pernah tahu. Tapi di akhir hayatnya, barulah kami tahu kalau nama baptisnya adalah Emmanuel, ya Emmanuel Amin Lumenta lengkapnya. Lahir di Pasuruan, 10 Januari 1977. Lulusan Tekhnik Mesin Universitas Atmajaya
Dia tidak pernah menyerah, berusaha sekuat tenaga untuk menjalani Haemodialysis/ cuci darah setiap 3 hari sekali. Dengan sepeda motornya, Amin berangkat sendiri untuk cuci darah, baik itu waktu di
Dari Jakarta, susah sekali membujuknya untuk pulang kembali dan melanjutkan perawatan di kampung halaman. Bahkan sampai kami para sahabatnya perlu membujuk dan memberikan harapan, hingga mengurus segala tetek-bengek kepindahannya maka Amin pun mau melanjutkan perawatannya di
Di bulan – bulan dan hari – hari terakhirnya, Amin harus berjuang sendiri. Hidup dengan keterbatasan biaya dan kasih sayang dari saudaranya. Anak tunggal yang mandiri, yang jarang mengeluh. Bahkan dia harus hidup kost di tempat lain yang jauh dari perhatian orang tua & saudara, walaupun kondisi tubuhnya mewajibkan dia untuk hanya berbaring saja di tempat tidur. Dia tetap berjuang, untuk hidup lebih lama.
Salah satu perasaan enggan Amin yakni merasa bahwa dirinya telah kalah perang. Perasaan itulah yang terus ada dalam pikirannya dan mengganjalnya untuk dengan gagah berani pulang ke kampung halaman. Pun penyesalannya, di akhir hidupnya dia merasa masih belum bisa membahagiakan Mama yang selama ini dikasihinya. Dia tetap mencoba menunjukkan kekuatannya jika Mamanya melihat dia kesakitan. Juga pada semua sahabatnya, Amin tak ingin dikasihani karena penyakitnya.
Sekarang kau sudah amin, sudah tuntas tugasmu bersama kami. Sosok humoris yang tegar menghadapi cobaan hingga akhir hayatnya, kini sudah tinggal kenangan. Kini kami tak bisa lagi lihat status updatemu di fesbuk. Tak bisa lagi kita online chatting di YM. Tak ada lagi yang menelponku di tengah malam buta, hanya untuk sekedar bilang ‘iseng doang’. Tak ada lagi sms humor yang akan kuterima darimu. Tak ada lagi yang menemaniku untuk makan soto dan sup asparagus kegemaran kita.
Maafkan kami Supermin, bila kurang memperhatikanmu menjelang hari terakhirmu. Maafkan kami yang hanya bisa meminta maaf darimu, tanpa sanggup memberimu lebih dari yang kami mampu. Maafkan juga bila keinginanmu untuk nonton bareng ‘The Last Air Bender’ di bioskop takkan pernah bisa kami penuhi lagi. Pun juga sakramen yang ingin sekali kau terima di penutup usiamu. Kuyakinkan hati bahwa TUHAN punya cara yang misterius untuk menerimamu di SurgaNYA yang Kudus.
Selamat jalan Amin, kini kami hanya bisa mengenang dan mendoakanmu. Kau akan selalu hadir dalam hati kami, dalam doa kami. Berbahagialah sahabatku, semoga kau tenang bersamaNYA.
Amin.
(Sebagai kenangan, bahwa para sahabat telah dipercaya olehNYA untuk memberikan yang terbaik bagi Emmanuel Amin Lumenta, hingga Minggu 25 Juli 2010 17.15 wib TUHAN menjemputnya. Terima kasih atas pendampingan, sumbangsih dana, doa dan penghiburan selama Amin sakit hingga ‘keberangkatannya’. Kalian adalah para sahabat yang Super! God Bless You full guys…)